Sunday 10 July 2011

sejarah islam..

RIWAYAT YAHUDI.

                Penting juga untuk kita ketahui tentang kondisi orang-orang yahudi. Sebab pada pembahasan berikutnya, kita akan banyak menyentuh tentang kaum yahudi. Justeru itu perlu sedikit pemaparan dan penerangaan tentang bagaimana hakikat orang-orang yahudi ini sebenarnya.
Bangsa adalah keturunan Nabi Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim. Ada yang menyatakan, Israel adalah nama Nabi Ya’kub. Jadi, sebenarnya nenek moyang orang yahudi ada;lah orang baik-baik. Namun kerana penentangan mereka terhadap Allah SWT, mereka menjadi manusia terkutuk sampai saat ini.
Sekitar 1800 tahun sebelum misihi, bersama keturunanya Nabi Ya’kub telah berpindah ke Mesir. Saat itu yang menjadi raja adalah Nabi Yusuf. Sekitar tahun 1689SM, Nabi Ya’kub wafat, menyusul Nabi AS yang wafat pada tahun 1635SM. Sejak saat itu keturunan Israek menetap di Mesir selama sekitar 300 tahun. Selama menetap di negeri itu, mereka hidup dalam penindasan raja Mesir yang bergelar Firaun. Sampai akhirnya Nabi Musa menyelamatkan mereka dan meninggalkan Mesir, pindah ke negerinya semula.
Setelah beberapa tahun Nabi Musa wafat, orang-orang Israel dipimpin oleh Nabi Ilyas lalu Nabi Ilyasa. Setelah Nabi Ilyasa meninggal, keadaan bangsa Israek semakin kacau-bilau. Peradaban mereka merosot dan ajaran Nabi Musa mula ditinggalkan.
Untungla ditengah mereka saat itumasih ada orang yang gagah berani bernama Samuel. Mereka mengangkat seorang raja yang bernama Shawel. Setelah Shawel meninggal, pengantinya adalah Nabi Daud (sekitar 1058SM-1017SM). Setelah Nabi Daud wafat, baginda diganti oleh anaknya Nabi Sulaiman.
Nabi Sulaiman lah yang melakukan perubahandan membawa pembangunan kepada bangsa Israel antaranya dengan membangunkan kembali Baitul Maqdis. Selama 400 tahun lamanya bangsa Israel hidup makmur. Setelah Nabi Sulaiman wafat kerajaan mereka terbahagi dua, kerajaan Israek dan kerajaan Yahudi. Peristiwa berikut terjadi sekitar 975SM. Ibukota Israel bernama Samaria dan ibu kota Yahudi bernama Dar as-Salam(Jerusalem). Sejak saat itu kehidupan mereka kembali merosot. Peekara ini tidak hanya disebabkan wafatnya para Nabi, tetapi juga disebabkan watak jaht orang-orang yahudi sendiri yang sering menentang perintah Allah SWT.
Pada tahun 722SM, Raja Salmanasamenyerang mereka habis-habisan dan menakluki kota Samaria. Lalu, pada tahun 586SM raja Nebuchdnezar dari Babyon menyerang dan menakluki kota Darussalam. Selanjutnya pada tahun 539SM Raja Khosru Cyrus dari Persia menyerang dan menakluki kerajaan Babylon. Dengan demikian, bangsa Israel dan yahudi menjadi jajahan Persia.
Seterusnya, orang-orang yahudi menjadi bangsa jajahan dari satu kerajaan ke satu kerajaan yang lain. Selama berada dalam jajahan Persia, bangsa yahudi hidup agak makmur. Namun, tidak beberapa lama, kerajaan Persia diserang oleh kerajaan Mesir dan menakluki bangsa yahudi daripada tangan Persia. Tidak lama kemudian, orang-orang Syam pula menakluki bangsa yahudi dari bangsa Mesir. Dalam prose peperangan dan saling perebutan itu, todak sedikit dari kalangan bangsa yahudi yang menderita dan menjadi korban. Selanjutnya, bangsa yahudi jatuh ke dalam kekuasan bangsa Romawi, pada masa inilah Nabi Isa lahir.
Berkali-kali bangsa yahudi ingin melepaskan diri daripada penguasaan bangsa Romawi, tetapi selalu gagal. Bahkan, Titus menhancur lebur kota Jerusalem dan membunuh ramai bangsa yahudi. Sejak itullah bangsa yahudi tidak memiliki tanah lagi. Mereka BERTEBARAN dimana-mana.
Antara bangsa yahudi itu, ada tiga kumpulan yang melarikan diri ke semenanjung Arab menetap di Yathrib (Madinah). Ketiga-tiga kumpulan itu ada Bani Nadhir, Bani Quraizhah dan Bani Qainuqa’. Di yathrib mereka berupaya membina kekuatan terutamanya dalam bidang EKONOMI.
Agar kekal berpengaruh, mereka selalu mengadu domba antara Aus dan Khizraj (dua kumpulan penduduk asli Yathrib). Lantara adu domba mereka ini, telah berlaku persengketaan antara kedua-dua suku kaum asli Yathrib itu. Bertahun-tahun terjadi peperangan antara dua suku kaum besar itu. Persengketaan ini hanya berjaya diselesaikan setelah Rasulullah SAW datang menyatukan Aus dan Khazraj dalam ikatan ukhwah Islamiyah. Manakala orang-orang yahudi pada awalnya mengikat perjanjian dengan umat Islam, akhirnya menjadi musuh utama kaum Muslimin. Ternyata, di mana-mana orang yahudi tidak bisa meninggalkan sifat kebiasaan dan perangai buruk mereka. Suka mengadu domba, melanggar perjanjian dan selalu menolak perintah Allah SWT dam memusuhi Islam. Merekalah yang sampai detik ini memiliki permusuhan yang paling besar terhadap umat Islam.




Rujukan dari buku,
BELAJAR DARI KEKALAHAN PERANG UHUD.
MUKA SURAT 39-42
Hasil karya dan tulisan,
DATO’ NIK ABDUL AZIZ BIN NIK MAT

**kalau lah di Yathrib (Madinah) bangsa yahudi menjalankan agenda mengadu domba (DEVIDE AND RULE)untuk mengekalkan pengaruh mereka. Tidak mustahil bagi yahudi pada masa kini untuk memperkenalkan DEMOCRACY sebagai medium adu domba(DEVIDE AND RULE) mereka untuk mengekalkan keangkuhan dan penentangan mereka terhadap Allah SWT dan agamaNya.**

Saturday 9 July 2011

sejarah islam..

Pengajaran dan hikmah dari medan Uhud.

            Sejarah selalu meninggalkan pengajaran penting yang tidak boleh dilupakan. Bahkan sejarah juga sering menitipkan deretan peristiwa yang mampu dijadikan iktibar bagi generasi yang selepasnya. Justeru, mendalami dan menghayati sejarah itu bukan sesuatu yang merugikan, bahkan suatu usaha yang dapat membantu kita untuk meningkatkan ilmu pengetahuan lantas pan ini dengan lebih berhati-hati. Lantaran, iktibar titipan sejarah itu amat berguna, maka ia bisa ng perlu dilakukan.
            Peristiwa perang Uhud begitu kaya dan sarat dengan ibrah(pengajaran), tidak hanya bagi para sahabat Rasulullah SAW, tapi juga kaum muslimin saat ini. Antara pengajaran berharga itu adalah;

1.            Pentingnya musyawarah.

Dalam perang Uhud ini, tampak jelas Rasulullah SAW  mengutamakan prinsip syura. Begitu jelas keberpihakan Rasulullah SAW kepada hasil keputusan musyawarah. Walaupun pendapat Rasulullah SAW secara peribad cenderung menunggu musuh di Madinah, tapi keputusan majority melalui musyawarah jualah yang diambil, iaitu menyosong musuh di luar Madinah.

Ini menunjukan bahawa suatu masalah yang sudah diputuskan secara syura, tidak boleh digugat lagi. Apalagi kalau hak berkaitan dengan masalah yang menuntut ketegasan dan kepastian sikap. Mereka yang walaupun mempunyai pendapat sendiri dan tidak selaras dengan keputusan musyawarah, seharusnya mengikuti serta patuh mentaati hasil keputusan syura.

Dalam konteks dunia sekarang, pengajaran ini amat penting untuk direnungi. Hasil keputusan musyawarah, tidak boleh hanya tertulis di atas kertas dan menjadi dokumen yang akan dibangkitkan pada musyawarah yang akan datang. Apalagi kalau keputusan itu berkaitan erat dengan hajat dan persetujuan majority anggota musyawarah yang menuntut perlaksanaan sesegera mungkin.

2.            Bahaya kaum munafik.

Dalam peperangan ini, orang-orang munafik menunjukkan belangnya. Tembelang mereka yang hanya mengaku Islam dibibir tetapi tidak dihati, akhirnya terbongkar jua. Hal ini juga menjadi pengajaran penting bagi umat Islam. Pembelotan Abdullah bin Ubai dan 300 orang pengikutnya yang merupakn bukti yang jelas kemunafikan mereka menjadi nyata bagi para sahabat, yang sebelumnya masih samar dengan keimanan mereka. Kekalahan kaum muslimin di akhir perang, juga membantu memperjelas identity orang-orang munafik yang berjuang bukan kerana cintakan Islam. Sebaliknya setiap perlakuan mereka yang zahirnya seakan member manisfetasi sokongan dan cinta mereka kepada Islam, akhirnya ditunjukkan oleh Allah SWT.

Harus diingat, bertapa kemunafikan selalu saja wujud dalam setiap zaman. Setiap masa selalu muncul manusia-manusia ‘bermuka ganda’. Lantaran itu, kekalahan dalam sesuatu perjuangan kadang-kala bukan hanya berfungsi menguji keimanan, tapi jugga membersihkannya dari sifat-sifat nifaq. Kekalahan menbongkarkan jati diri orang-orang munafik dan tampak jelas untuk pengajaran peringatan kepada orang-orang mukmin.

Justeru, pelbagai kekalahan pada saat ini yang menimpa umaat Islam, sesungguhnya menyimpan hikmah tersendiri yang kadang tidak disedari dan tidak bias diungkap oleh kita. Tragedy demi tragedy melanda kaum muslimin. Di Afghanistan misalnya, umat Islam diburu dan dituduh sebagai punca berlakunya kejahatan dan keganasan. Di Palestine, mereka diusir dari tanahair sendiri. Di Chechnya kaum muslimin dianggap pemberontak yang harus dibasmi.
Namun disebalik segala kekalahn itu, tersimpan hikmah yang sangat bermanfaat. Umat Islam jadi sedar, mereka punya musuh yang harus dilawan. Bukan sekadar musuh yang jelas, tetapi juga musuh dalam selimut yang pada zahirnya menunjukkan sokongan kepada Islam. Oleh yang demikian, semarak kajian keislaman di dunia islam, tidak bias dilepaskan begitu sahaja hubungkaitnya dengan tragedy yang dialami kaumm muslimin di pelbagai sudut muka bumi ini.


3.            TIDAK BOLEH MINTA BANTUAN DARI        ORANG KAFIR.

DALAM PERANG INI JUGA RASULULLAH SAW TIDAK MEMINTA BANTUAN DARI ORANG-ORANG KAFIR. MUHAMMAD SAID RAMADAN AL-BUTHI MENGUTIP SEBUAH HADIS YANG DIRIWAYATKAN OLEH IBNU SAAD,’KAMI TIDAK AKAN PERNAH MEMINTA BANTUAN DARI ORANG-ORANG MUSYRIK UNTUK MENGHADAPI ORANG-ORANG MUSYRIK’
WALAUPUN PADA ZAHIRNYA, JUMLAH KAUM MUSLIMIN SAAT ITU MASIH SEDIKIT, TAPI RASULULLAH SAW TIDAK MAHU MENERIMA BANTUAN KAUM MUSYRIKIN, INI MENUNJUKKAN, DALAM MENGHADAPI ORANG-ORANG MUSYRIK, KAUM MUSLIMIN TIDAK BOLEH BEKERJASAMA DENGAN MEREKA. SEBAB, HAL INI AKAN MEMBERI KESAN PADA MASA HADAPAN KAUM MUSLIMIN. NATIJAHNYA AKAN BERBALIK KEPADA KAUM MUSLIMIN SENDIRI. JIKA KEMENANGAN BISA DIRAIH, IA BUKAN USAHA MURNI UMAT ISLAM. DALAM ISLAM ANTARA KEBATILAN DAN KEBENARAN TIDAK BOLEH DICAMPUR. AMAT JELAS SEKALI PEKARA INI.


4.    Kecanggihan strategi perang rasullulah s.a.w

Tidak bisa dimungkiri, strategi perang yang di praktikan oleh Rasullulah S.A.W dalam perang Uhud sungguh luar biasa. Perang ini memberi gambaran tentang kebijaksanaan baginda  menyusun strategi yang mampu melumpuhkan serangan musuh yang jumlah nya 3 kali ganda dari tentera Islam. Penempatan pasukan pemanah dan pengaturan pasukan demikian rupa, benar-benar merupakan benteng pertahanan yang ampuh sekaligus strategi canggih untuk mengalahkan lawan.

 Kehandalan Khalid bin Walid, Abu Sufian Bin Harb dan para tokoh Quraisy menemukan kebuntuan lantaran tidak bisa memecah benteng pertahanan yang disusun sedemikan rupa oleh baginda. Jumlah mereka yang 3 kali ganda lebih ramai dari kaum Muslimin, tidak bisa melakukan serangan mengancam tentera Islam. Kalau bukan kerana kelalaian pasukan pemanah yang mengengkari arahan dan perintah Rasulullah S.A.W, hampir  pasti kemenangan akan berada di pihak kaum Muslimin.

Sebenarnya kepintaran Rasulullah S.A.W  mengatur  strategi yang canggih tidak hanya nyata dalam perang Uhud. Sebelumnya, ketika hijrah ke Madinah dan di kejar oleh kafir Quraisy, Rasulullah S.A.W juga menunjukkan kematangan strateginya. Beliau tahu musuh akan mengejarnya ke arah Madinah. Justeru, bersama Abu Bakar, Rasulullah S.A.W  berpatah kearah selatan yang berlawanan dengan arah Madinah, dan selanjutnya bersembunyi di Gua Tsur.
Kecanggihan mengatur strategi inilah yang mesti diteladani oleh kaum muslimin. Ibarat permainan mengasah minda, umat Islam harus berfikir  3 langkah kehadapan, dan harus bijak membaca pergerakan lawan. Pelbagai strategi yang dipraktik kan oleh Rasulullah ini menunjukkan karisma baginda sebagai panglima tentera khususnya pada pasca perang Uhud. Baginda berhasil mengembalikan wibawa kaum Muslimin yang kalah. Bahkan, ia mampu membuat musuh-musuhnya pasif dalam waktu yang bisa dia perhitungkan.

5. Kesalahan kecil akibat buruk.

Jika kita perhatikan rentetan peristiwa dalam perang Uhud ini, kita dapat mengesan sebuah kaedah “TINGKAT KETAATAN KAUM  MUSLIMIN TERHADAP AL-QURAN DAN SUNNAH BERBANDING LURUS DENGAN TINGKAT KEKALAHAN MEREKA”.
Semakin tinggi tingkat kepatuhan mereka, semakin rendah tingkah kekalahan nya. Semakin rendan tingkat kepatuhan mereka, semakin tinggi risiko kekalahan nya.
Rasulullah S.A.W sangat menekankan agar kaum Muslimin tidak melakukan kesilapan . Ini kerana, ia tidak hanya memberi kesan buruk kepada si pelaku tetapi juga orang lain. Kesalahan yang dilakukan oleh pasukan pemanah telah menimbulkan bencana tragis yang menimpa banyak orang, bahkan menimpa Rasulullah S.A.W.  Ini adalah hal yang sangat buruk lantaran kesilapan kecil.

Bandingkan dengan keadaan kaum Muslimin pada zaman sekarang. Manakah lebih besar, kesalahn yang dilakukan pasukan pemanah dibandingkan kesalah yang dilakukan umat Islan pada hari ini dalam pelbagai aspek. ALLAH S.W.T Maha Penyayang yang masih menjaga kita di tengah menggunungnya kesalahan yang kita lakukan.


Rujukan dari buku,
BELAJAR DARI KEKALAHAN PERANG UHUD.
MUKA SURAT 143-148
Hasil karya dan tulisan,
DATO’ NIK ABDUL AZIZ BIN NIK MAT



‘DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PERMURAH DAN MAHA PENYAYANG,
PUJI-PUJIAN KEPADA TUHAN YANG MENTADBIR SEKELIAN ALAM, MAHA PERMURAH LAGI MAHA PENYAYANG, YANG MENGUASAI HARI PEMBALASAN, KEPADAMULAH AKU BERSERAH DAN KEPADAMU  JUALAH  AKU BERSEMBAH, TUNJUKKAN AKU JALAN YANG LURUS, IAITU JALAN YANG ENGKAU ANUGERAHKAN NIAMAT-NIAMAT , BUKAN JALAN YANG ENGKAU MURKAI DAN BUKAN PULA JALAN YANG MEREKA SESATKAN’.

Friday 24 June 2011

last episode the story of the malays.

The Story of The Malays.

            An awareness of history and the knowledge of what had happened in Singapore caused the Malays to be anxious about their position in a world when others exerted economic- and ultimately political control-over them. Some argued they were too pessimistic about their future in a British-ruled Malayan Union, but anyone who looks at Singapore today must see that they were not being overly cautious. Although the Malays make up 15 per cent of the population of Singapore, they are hardly visible and form the poorest segment of population, working mainly in blue-collar jobs there.
            By contrast, Malaysia is far more open. The Chinese do hold senior posts in both the federal and state governments. Despite affirmative action in favour of the Malays, it is the Chinese community that takes the lead in business. They make up 90 per cent of Malaysia’s millionaires, and more than a handful are billionaires. Even though the Malays are supposedly privileged, the Chinese in Malaysia are nowhere near as deprived as the Malays of Singapore.
            It was not simply the Malay demand but an imperative of national social cohesion and survival that a serious plan of government action had to be devised and implemented to remedy the disadvantaged position of the nation’s Malay population. This was necessary to undo the close identification of race or ethnicity with economic function and status, a legacy of the racially organized division of labour created by British colonial rule. It was important to do so in the overall context of the reduction and ultimate elimination of poverty in Malaysian society as a whole. Hence the New Economic Policy or NEP, an affirmative action programmme to redress the disadvantaged position of the Malays and secure their socioeconomic future.
            The case for positive discrimination is reasonable. It is now universally accepted that in taxation, the rich must be taxed at a higher rate than the poor. Yet if the revenue of a country is spent only on people who pay high taxes, lower income group in villages and slums would become forgotten people. There would be no sanitation, fewer schools-if any-and no medical facilities for them. Because of their high financial contribution to the administration, the rich would enjoy safe, clean environments, whereas the poor would be consigned to disorder and squalor. To prevent the rich from exploiting the poor, trade unions and labour laws have been established. Without discriminatory laws and taxes on wealth to protect workers, the wealth generated by industry and business would accrue only to the rich capitalists and entrepreneurs. Malaysia would not be the stable and prosperous country that it is today but for this discriminatory policy.
            Malays must take the next phase of history and their future into their own hands. The must master the knowledge, wisdom and understanding that can enable them to do so effectively. They must acquire important skills that will empower them. But these alone will not be enough. The Malays must revisit their past and learn from history’s tough lesson in order to secure their place in the world.

Tamatlah sudah hikayat cerita melayu dari mata seorang pemimpin melayu yang telah memacu bangsanya kearah satu dimensi pemikiran yang baru.




Ref: A doctor in the house
       Memoirs of Tun dr Mahathir bin Mohamad


Coming soon..
 From Infatuation to Disillusionment.
Story by..
Tun dr Mahathir mohamad
Written by..
Syahrolnizam

Saturday 18 June 2011

sambungan cerita melayu..

The story of the Malays.
         
          When the British colonized Malaya, the demography of the Malay Peninsula change rapidly. In the straits Settlement, the Chinese community dominated and, by the first quarter of the twentieth century, Singapore had become a de facto Chinese state. Only 15 per cent of the population was Malay. Had the Malays been in the majority, Singapore would have been included as a part of Malaya and Malaysia.
            Before the Chinese came it was the Malays who had been the region’s traders. The peoples of Southeast Asia, including Malays, had formerly collected spices and forest products for shipment to the entrepot port of Sri Vijaya, where they were exchanged with product from China, India, Arabia and Europe. But eventually all this business also came under the total control of the Chinese traders, who in time started their own spice gardens which displaced the Malay farmers. When the European came, therefore, the Chinese were well positioned to act as a middleman. Over time, more Chinese immigrants came to Southeast Asia to provide all the services that the European traders and colonialist needed, and in the end, even the Malays began to depends on the Chinese for their supplies and services.
            That was the status quo ante upon the arrival of the European powers. The Malays were not just the indigenous people of the region but also the demographically preponderant part of the population. They still set the shape and form of the social and political order in which trading activities were carried out. But all that was to change. Under European domination of the region, the Malays lost their central position within the new framework of sociopolitical and commercial life.
            The Malays might have prevented their land from being inundated by foreigners had they shown some inclination to take up the new jobs required to service the rubber and tin Industries established by colonialist. But, now concentrated in the countryside and not the port cities or commercial and administrative centers, they preferred to remain padi planters and fishermen. As a result, the British brought in Indians and encouraged the Chinese to seize the many opportunities created by the new industries. In response, the Malays retreated further and further from all the urban activities in which they had once been involved. As the indigenous people became ever less involved in business, the commercial skills that they possessed deteriorated. Had they persisted, they would not have been as marginalized as they were after the European gained total control over their land.
            By the time the Pacific War began, the various Southeast Asia natives (or ethnic Malays) had been sidelined and had become the poorest people in their own countries. In most parts of Southeast Asia that had been colonized by the Europeans, the social and economic order was roughly the same; the European were at top, followed by the Eurasians, the Chinese, and other, with the indigenous people trailing at the bottom. In the Malay Peninsula, the most extreme examples of economic and social stratification were found in the British colonies of Singapore, Penang and Malacca. The Malays did not relish the prospect of becoming a poverty stricken minority in the Peninsula as they had become in Singapore.

Thursday 2 June 2011

warkah buat kekasihku, Jah..

Surat dari  Palembang.
Adikku yang disayangi,

Abang sudah hampir satu minggu berada di Kota Palembang, sesudah selesai melawat Aceh, Bukit tinggi, Medan, Brastagi, Danau toba dan kampung-kampung di sekitar Bandar itu.
            Adapun darihal kajian-kajian dan risik selidik abang dalam Bandar-bandar dan daerah-daerah sumatera utara, sumatera tengah dan sumatera barat, (pecan baru dan sekiarnya), abang akan ceritakan kemudian kelak.
            Ketika menulis surat ini, yang sulung semenjak abang meninggalkan kuala lumpur, ibu kota Malaysia, yang sangat maju dan indah, abang berada di kuala meringin(dingin) yang di hulunya ialah bukit segantang yang amat masyhur ceritanya dalam kitab sejarah melayu, iaitu darihal Wan Empuk dan Wan Malini yang bertanam padi berbuahkan emas, berdaun perak dan batang-baangnya dari suasa.
            Abang menjadi tetamu bagi seorang tua, yang sungguh tua, seratua dua puluh tahun lebih usianya, tetapi masih sihat dan segar. Tak usahlah abang nyatakan panjang lebar darihal orang tua itu, sebab yang lebih perlu abang terangkan ialah darihal ilmu pengetahuannya mengenai bangsa melayu yang katanya, dalam zaman kerajaan Sri wijaya dulu, sesudah kuasa Majapahit dapat dikalahkan, telah mencapai kemajuan dan kejayaan yang sangat cermerlang dan mengagumkan kuasa-kuasa dunia yang lain yang wujud pada zaman itu.
            Diantara sebab-seba besar yang telah melemahkan, dan akhirnya menjahanamkan keagungan bangsa melayu, ialah ilmu-ilmu sihir dari india, oleh mahaguru-nahaguru Hindu, dan kemudia oleh ajaran-ajaran Budhha, dan termasuklah cerita-cerita dongeng daripada bangsa Arab dengan cerita seribu satu malam dan sebagainya.
            Misalnya, kata orang tua yang sungguh bijak bestari, ialah dongeng Wan Empuk dan Wan Malini yang konon-kononya telah menanam padi di bukit segantang yang berbuahkan emas, berdaun perak dan berbatang suasa itu.
            Yang sebenarnya dauk nenek kita pada zaman kegemilangan kerajaan Sri Wijaya dulu sudah mencapai bermacam-macam kemajuan. Diantara kemajuan-kemajuan itu ialah mencipta sistem pengairan hingga boleh menaikan air dari lembah ke lereng-lereng bukit seperti bukit segantang yang berhawa dingin itu dan juga menciptakan satu benih yang terbaik.
            Benih-benih padi yang terbaik itu telah duhantar ke beberapa buah daerah di pantai barat tanah semenanjung melayu, tetapi kebanyakkan telah dibinasakan oleh bangsa-bangsa lain yang sangat bimbangkan pengaruh dan kekuatan kerajaan Sri wijaya. Benih-benih padi yang ‘berbuah emas, berdaun perak dan batangnya seperti suasa itu’ telah dikirimkan sebanyak-banyaknya untuk ditanam di Pulau Langkawi, Perlis dan Kedah. Tetapi telah dibinasakan oleh lanun-lanun dan lascar-laskar dari siam(Thailand) dan itulah cerita usul asalnya ’padi terbakar’ yang kini masih ada di Padang Masirat di Pulau Langkawi


            Di kembayat Negara pula, atau Kemboja, dan sekarang bernama Kampuchea pula, bangunan-bangunan, astaka-astaka, istana dan mahligai yang indah dan permaiyang telah direka bentuknya dan dibina oleh tukang-tukang binaan bangsa melayu pada zaman dahulukala, telah diubahsuaikan oleh kaum Budhha, bertukar menjadi rumah-rumah berhala yang dinamakan Angkor Vat(wat-wat atau tokon-tokong Budhha)
            Bangsa melayu telah dilemahkan juga dengan cerita dongeng ‘Singapura dilanggar todak’ dan lain-lain.
            Dalam zaman kerajaan Melaka pula sekali lagi bangsa melayu telah dikhayalkan dengan cerita-cerita Hang Tuah, kisah Puteru Gunung Ledang oleh orang-orang yang beragama Budhha dari china dan india.
            Hingga sekarang, zaman kemajuan dan permodenan, bagngsa melayu terus dikhayalkan oleh orang-orang hindu dengan ilmu ‘transcedental meditation and mind control’ dengan cerita-cerita dongeng, ilmu silap mata, bermain ular dan sebagainya dari india dan china.
            Adikku yang disayangi,
            Abang akan tingal lama di Palembang, dan mungkin ababg akan dapat satu pekerjaan istimewa di sini dalam bidang perusahaan minyak yang dikendalikan oler syarikar Caltex. Ada beberapa hal yang sangat penting yang abang perlu kaji dengan teliti.
            Hanya beberapa haari yang lalu, sebelum abang menulis surat yang panjang lebar ini, Paktua yang sungguh banyak ilmu pengeahuannya, yang abang sedang kaji sekarang, telah menerangkan bagaimana sastera melayu telah disalahgunakan oleh cerdik pandai melayu yang mengaku cendikiawan, intelek dan bijak bestari.
            ‘Cuba dengar usul asal pantun-pantun dan pepatah-pepatih yang aku nak sebut pada engkau sekarang,’ katanya, dan orang tua itu pun berpantunlah:
            Tinggi-tinggi si matahari,
            Anak kerbau mati tertambat,
            Sudah lama kita mencari,
            Baru kini kita mendapat.

            Inilah asalnya pantun melayu yang punya makna dan maksudnya yang sangat baik, tetapi sudah ditukarkan oleh para bangsawan kita sendiri yang sangat terpengaruh oleh kisah-kisah cinta berahi yang disebarkan oleh bangsa-bangsa lain. Baris pantun ini yang ketiga dan keempatnya sudah ditukar kepada ‘sudah lama saya mencari, baru kini saya mendapat.’ Dan maksud negative dari pindaan itu ialah ‘yang baru didapati itu ialah wanita, kekasih yang diberahikan, kalau leleki, perempuanlah, dan kalau perempuan, lelekilah.’ Kata orang tua itu.
           
Adapun maksud asal pantun ituialah sekiranya anak-anak keturunan bangsa melayu yang pada zaman dahulu telah maju dalam belbagai-bagai ilmu pengetahuan, daya usaha meningkatkan mutu benda-benda makanan, kesanian dan kebudayaan, ilmu pertukangan, perkapalan, menternak binatang seperti kejayaan Wan Empun dan Wan alini telah Berjaya mengahwinkan berbagai-bagai jenis padi hingga tercipta oleh merela itu sejenis padi yang daunnya seakan-akan warna perak, batangnya seperti suasa dan buahnya kekuningan seperti emas sepuluh.
Dengan kata-kata lain, yang telah didapati oleh Wan Empun dan Wan alini itu ialah pertua dan ilmu pengetahuan yang sangat berguna; dan satu lagi ialah jikalau dan apabila anak-anak melayu suka dengan bangun tidur ‘meninggi hari’ , hingga pukul  11.00 pagi pun belum bangun maka bukan sahaja anak-anak kerbaunya mati tertambat, malahan anak-anak mereka pun akan mati kerana tidak minum dan tidak makan.’ Demikian ayah angkat abang itu, Pak Ayob namanya, telah menerangkan maksud asal pantun ‘tinggi-tinggi si matahari, anak kerbau mati tertambat’ itu kepada abang, yang pada hemat dan pengertian abang itulah yang sebenarnya, yakni bukan cinta berahi semata-mata!
Kemudian Pak Ayob berpantun lagi;
Sesudah anak kerbau mati tertambat,
aku peihara pula anak-anak lembu,
sesudah satu ilmu itu aku dapat,
aku cari pula lain-lain ilmu.

Sama ada tafsiran Pak Ayob itu akan diterima oleh para sasterawan melayu zaman  moden sekarang ini, yang kini sudah leka dan mabuk dengan puisi-puisi moden, tiadalah dapat abang ramalkan.
Setakat ini abang sudah risik di daerah-daerah Sumatra utara maka abang dapati cita-cita dunia melayu atau nusantara sedang berkembang disana, tetapi mereka juga menghadapi berbagai-bagai masalahyang rumit seperti kita di Malaysia, di antaranya ialah masalah-masalah ekonomi, penagihan dadah, bertambahnya kadar jenayah, gila kebendaan dan hiburan.
Waktu di medan abang telah diberikan beberapa maklumat yang mungkin jarang diketahui oleh orang ramai di Malaysia, iaitu dari hal beberapa orang Malaysia yang melabur kekayaan di Sumatra.
Seorang datin, kata mereka itu, kerapkali berulang-alikke medan dari kuala lumpur, membawa banyak wang tunai dan barang-barang kemas. Datin itu telah membeli beberapa keeping tanah di kampung asal ayahnya, dari suku minangkabau, membina rumah sewa dan lain-lain perlaburan.
Bila abang tanyakan siapakah datin itu, isteri siapa, janda siapa orang-orang di medan tidak mahu menyebutnya. Barangkali jah tahu, sebab jah jugak berasal dari Sumatra, bukan?
Jangan berkecil hatilah jah. Bukan semuanya orang-orang minangkabau yang’ rancak dilabuh’ yang ramai berniaga di Wisma Yakin itu bukankah baik-baik berlaka?
Sesudah selesai semua kerja-kerja abang di Palembang ini, kiranya abang dapat peluang maka abang akan pergi pula ke Jakarta, Yogyakarta, bandung, Surabaya dan lain-lain. Kemudian abang akan pergi ke Sulawesi puka. Jikalau abang ada peluang maka lepas lawatan-lawatan itu abang akan pergi pula ke Filipina. Abang mungkin akan balik ke kuala lumpur pada hujung tahun 1984 ini ikut Tokyo, korea selatan dan akan singgah di hong kong untuk merisik darihal skandal BMF di sana.
Pendeknya, jangan jawablah surat abang ini. Abang berkirim salam dan peluk ciumpada jah yang abang sungguh sayangi. Kirim salam peluk cium dari jauh tak salah, jah. Kita tidak  akan didakwa berkhalwat.

Reff: Buku sidang serangga oleh PAK SAKO.
Cetakan pertama 1990.